Selasa, 23 Agustus 2016

Tak Perlu Ngomel Lagi

Pagi hari telah datang lagi.
Kesibukan mempersiapkan anak-anak di rumah selalu saja terasa merepotkan.
Mempersiapkan sarapan, membangunkan anak-anak dari tidur yang lelap, membersihkan rumah, menyiapkan pakaian dan masih banyak pekerjaan lain yang harus dilakukan ibu secara bersamaan.
Belum lagi tingkah anak-anak yang terkadang manja dan sulit untuk dibangunkan, menuntut ibu untuk lebih bersabar.

Ya, sabar....
itulah nasihat yang sering kita dengar.
Namun sebagai manusia normal, kesibukan yang superpadat dan polah tingkah anak yang bermacam-macam terkadang juga membuat ibu terpancing amarah.
Sehingga bagi beberapa orang, mengomel itu sudah menjadi kebiasaan.

Namun, sebenarnya apakah mengomel itu merupakan solusi ? atau hanya sekedar pelampiasan emosi sesaat ?

Mengomel, apalagi yang diikuti dengan amarah, tentu saja merupakan kebiasaan yang tidak baik untuk dilakukan. Kata-kata yang kita keluarkan dalam omelan itu biasanya tidak teratur, bahkan cenderung kasar. Jarang kali keluar kata-kata yang santun, apalagi bijak. Diselingi membentak, makian dan ancaman. Nadanyapun pasti tinggi. Sehingga tidak hanya anak kita sendiri yang mendengarnya, orang lain bahkan tetanggapun terkadang juga mendengar omelan kita.

Kata-kata kasar yang sering terselip dari ucapan kita, secara sadar akan menyakiti hati dan akan terus diingat oleh anak-anak. Dari http://www.mcb.web.id , diketahui bahwa 1 milyar sel otak anak akan terbunuh saat itu juga jika anak dibentak dan dimaki.

Sayang bukan ?

Selama ini kita telah memberikan pendidikan yang kita anggap terbaik, memasukkan mereka ke sekolah favorit, memberikan les tambahan supaya mereka unggul dibanding teman-temannya. Namun, tanpa kita sadari, kebiasaan mengomel yang kita lakukan justru malah melemahkan usaha yang telah susah payah kita upayakan.

Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk memperbaiki diri dan terus belajar. Karena memang, ilmu menjadi orang tua tidak pernah kita dapatkan di bangku sekolah. Apalagi ilmu menghadapi tingkah olah anak-anak.

Perlu kita tanyakan kepada diri kita masing-masing hal mendasar yang menjadi pemicu utama timbulnya omelan yang dilakukan ibu-ibu di pagi hari. Waktu yang terbatas itulah sebenarnya pemicu utamanya.
https://www.printabletodolist.com/
Ibu, sebagai orang dewasa tentu telah menyadari bahwa alokasi waktu yang kita punya untuk menyelesaikan beragam pekerjaan secara bersamaan itu sangat terbatas. Sehingga semua dituntut untuk dilakukan cepat. Namun, pemikiran tersebut tidak dimiliki oleh anak-anak. Sehingga, anak-anak cenderung santai dan tidak mengerti jika orang tua menuntut mereka untuk cepat.Sehingga, hal inilah yang memicu omelan bahkan amarah dari orang tua kepada anak-anak.

Lantas apakah kita akan membiarkan kebiasaan mengomel terus dilakukan ? tentu saja tidak. Kita harus tetap mengupayakan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan menemukan solusi dari permasalahan yang kita hadapi.

Sebagaimana kita tau, bahwa anak-anak kita yang telah duduk di bangku SD telah belajar membaca jam. Barangkali secara teori dan praktik anak-anak telah menguasai bagaimana cara membaca jam dengan benar. Namun, pengetahuan dan ketrampilan tersebut kurang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan anak dalam membaca jam itu dapat kita manfaatkan untuk melatih anak mengelola waktu dengan benar. Hal tersebut dimulai dengan menyediakan "to do list" atau daftar pekerjaan yang harus anak-anak lakukan setiap hari. Hal tersebut dibuat berdasarkan hasil kesepakatan antara orang tua dan anak. Namun, peran orang tua untuk mengarahkan harus lebih dominan bukan dengan paksaan. Orang tua juga harus belajar mendengarkan apa yang menjadi kemauan dari anak-anak.

Contoh form to do list yang dapat digunakan dapat diperoleh disini.

Upaya kita untuk membiasakan anak-anak menghargai waktu tidak berhenti dengan membuat to do list. Orang tua harus terus memantau dan mengingatkan supaya anak konsisten dengan jadwal yang telah dibuat. Sehingga anak akan terbiasa mengikuti jadwal dan mengaplikasikan kemampuan membaca jam,  serta orang tua akan berkurang intensitasnya dalam memberikan perintah.

Memang hal tersebut tidaklah mudah. Menuntut konsistensi dari kedua belah pihak, orang tua dan anak. Jika sesekali terjadi masalah, anak terlambat bangun karena malam sebelumnya tidur larut malam, dan akhirnya terlambat sampai disekolah. Itupun tidak mengapa, karena dari hal tersebut anak-anak akan belajar bertanggung jawab dari perbuatannya.

Jika kebiasaan-kebiasaan tersebut telah terbentuk, insyaAllah tugas orang tua akan menjadi lebih ringan. Karena anak-anak telah mampu beraktifitas sesuai dengan waktu yang ada. Sehingga tidak ada lagi omelan, bentakan dan perintah yang mengintimidasi terdengar dari rumah-rumah kita.

Wallahu A'lam Bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar