Judul : Mendidik Pemenang
Bukan Pecundang
Pengarang : Dhitta Puti Sarasvati
dan J. Sumardianta
Penerbit : Bentang
Tahun : 2016
Cetakan : Pertama
Kategori : Inspiratif
Jumlah
halaman : 323
“Menarik dan membangkitkan semangat” begitulah endostement dari Andy F. Noya, host acara ‘Kick Andy’
yang ditampilkan di cover buku Mendidik Pemenang Bukan Pecundang ini. Kenapa
menarik ? Kenapa juga membangkitkan semangat ? Apa istimewanya buku ini ? dan
setumpuk pertanyaan lain menggayut ketika membaca endostement diatas. Apalagi membaca judulnya. Siapa yang dimaksud
pecundang ? Bukankah setiap siswa yang lulus dari sekolah itulah pemenang ?.
Kemampuan J. Sumardianta mengemas tulisan hingga
menjadi buku yang menarik bukanlah hal yang sulit. Pengalaman menulis artikel
di beberapa koran nasional, menjadikan bahasa dan isi buku tersebut enak dibaca,
lugas, tidak bertele-tele. Kekhasan tulisannya sama seperti ketiga buku sebelumnya yaitu
Symply Amazing (2009), Guru Gokil Murid Unyu (2012), Habis Galau Terbitlah Move
On (2014) yang laris manis di pasaran. Sehingga pada tahun 2014 beliau diundang
sebagai tamu dalam acara talkshow Kick Andy. Diperkuat lagi dengan dukungan
Dhitta Puti Sarasvati, seorang pengajar di Fakultas Pendidikan, Sampoerna
University membuat buku ini lebih menarik dan berwarna.
Kedua penulis berkolaborasi mengemas buku ini menjadi
tiga bagian besar, yaitu parade pandir kaisar telanjang, jebakan tikus
pendidikan, dan orang yang kasmaran belajar. Bagian pertama diawali dengan
seorang kaisar yang tidak mau mengakui telah dibohongi oleh dua orang penipu
hanya karena takut dianggap bodoh. Itulah pengibaratan yang digunakan oleh
penulis tentang carut marut sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu
contohnya adalah tentang sistem penilaian. Siswa, orang tua, bahkan guru takut
mengakui bahwa nilai tinggi yang dimiliki oleh siswa sesungguhnya tidak mampu
mencerminkan kompetensi yang dimiliki. Karena nilai tinggi tersebut lebih
berdasarkan pada aspek kognitif, yang diperoleh dengan metode hafalan.
Sedangkan aspek afektif dan psikomotor kurang diperhatikan. Hal ini dibuktikan
dengan masih banyaknya penggangguran dari kalangan terdidik. Berdasarkan
laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat penganguran terbuka pada Februari
2016 mencapai 7,02 juta orang. Parahnya lagi, justru lulusan SMK yang tingkat
pengangguran paling tinggi yaitu 9,84 persen, disusul dengan lulusan universitas
yang mencapai 6,22 persen.
Keunggulan buku ini yaitu tulisan bukan hanya angan–angan
semata, namun berdasarkan pengalaman nyata di dalam kelas tempat mereka
mengajar. Sehingga akan terasa sangat membumi. Bukan juga hanya menyampaikan
idealisme semu, yang sekedar ingin membuat “bapak senang”. Setiap bab diberikan
judul-judul yang menggelitik, seperti “Guru Nge-tweet Berdiri, Murid Selfie
Berlari”, “Kantong Bolong Ali Sadikin”, dan masih banyak judul menarik lainnya.
Ditambah lagi, cerita-cerita kocak yang sengaja dipasang diawal setiap bab,
menjadi daya tarik sendiri bagi pembaca. Berangkat dari cerita tersebut,
penulis akan mengkaitkan makna cerita dengan kegiatan pembelajaran yang yang
terjadi di dalam kelas.
Wallahu A'lam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar